Ada 'Pemain Impor' di MTQ ke 35 Provinsi Riau

Ada 'Pemain Impor' di MTQ ke 35 Provinsi Riau
mtq riau

RIAU (RA) -  Bukan rahasia lagi kalau setiap ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) selalu saja ada daerah-daerah yang merekrut qori/qoriah dari luar dan menjadikannya seolah-olah utusan tersebut adalah anak negerinya. Tujuannya tentu saja agar mereka bisa memenangkan perlombaan dari banyak kategori yang diperlombakan.

Hal inilah yang terjadi pada MTQ tingkat Provinsi Riau yang dilaksanakan di Kota Pekanbaru mulai 8-16 Oktober mendatang.

Secara mengejutkan, Kabupaten Kepulauan Meranti menarik diri dari kepesertaan MTQ Riau ke 35 tahun 2016. Penyebabnya sebanyak 3 orang qori/qoriah mereka didiskualifikasi oleh panitia (sebelumnya ada 6 yang didiskualifikasi oleh panitia).

Sekretaris LPTQ Kabupaten Kepulauan Meranti, Zulkhairil, mengatakan qori/qoriah yang didiskualifikasi tersebut adalah anak asli daerah Kabupaten Kepulauan Meranti.

Namun panitia berkata lain. Ketua Umum Tim Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Ahmad Syah Harofie dan Ketua Tim Seleksi LPTQ MTQ ke-XXXV dalam klarifikasinya mengatakan dari enam qori dan qoriyah Meranti yang awalnya didaftar melalui verifikasi faktual hanya tiga dinyatakan bisa mengikuti perlombaan.

Tiga qori lagi dinyatakan tak bisa ikut berlomba lantaran diantaranya merupakan terbukti 'impor dari Mejenie Sulawesi Selatan', kedua berstatus membela Kepulauan Riau serta ketiga berkependudukan ganda.

"Kita sudah beri kesempatan, khususnya kafilah yang kita anggap memenuhi persyaratan. Tapi setelah kita kontak tetap tak ada respon dan tetap berniat mundur," kata Ahmad Syah.

Bahkan diantaranya Ahmad Syah sempat berkomunikasi dengan Wakil Bupati Meranti Said Hasyim. Tetapi tetap juga tak ada tanggapan, meski sudah dijelaskan semua persoalan yang terjadi. "Tidak ada niat kami melakukan perlakukan yang tak mengenakan. Prinsipnya, kita ingin MTQ ini semua adalah putra putri dari Riau atau dari daerah masing-masing," ungkap Ahmad Syah.

Sebenarnya papar Ahmad Syah lagi, bukan hanya Meranti, sejumlah kafilah lainnya selain Inhu dan Bengkalis sama sekali tidak ada persoalan. Mulai dari nomor induk kependudukan (NIK) dan nomor induk siswa (NIS). Tetapi selain Meranti, semuanya menerima keputusan panitia yang tetap menegaskan bahwa utusan kafilah harus asli tempatan. Hal ini bertujuan agar kedepan mereka benar-benar bisa menjadi tumpuan Riau.

"Kita tak ingin seperti MTQ lalu, enam berstatus juara yang kita punya tak bisa kita gunakan karena berstatus 'impor' semua. Inilah saatnya kita melakukan perbaikan," tegas Ahmad Syah.

Sebelumnya, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, ketika membuka MTQ ke-41 Kabupaten Bengkalis di Desa Tanjung Medang, Kecamatan Rupat Utara, dengan tegas mengatakan, seluruh peserta MTQ XXXV Provinsi Riau yang akan berlangsung 8 sampai 16 Oktober 2016 di Pekanbaru, pesertanya tidak boleh ada yang 'dipinjam' dari daerah lain.

"Masing-masing kabupaten/kota harus mengirim peserta anak daerah masing-masing. Kita sudah komit dan ingatkan panitia penyelenggara agar mendiskualifikasi kalau ada daerah mengirim utusan ternyata bukan anak tempatan," ujar Gubri kala itu.

Sementara itu, dukungan agar panitia bersikap tegas datang dari Kabupaten Bengkalis. Kepala Bagian Humas yang juga Ketua Seksi Dokumentasi dan Publikasi Kafilah Kabupaten Bengkalis pada MTQ XXXV Provinsi Riau, Johansyah Syafri, berharap, panitia penyelenggara benar-benar mengindahkan penegasan Gubri tersebut. Tidak mengganggap kata-kata Gubri itu angin lalu.

"Sejauh ini kami belum memperoleh informasi adanya kabupaten/kota yang memakai kafilah 'jemputan'. Namun kalau ada, kami harap apa yang disampaikan Gubri itu benar-benar diimplementasikan. Harus didiskualisifikasi. Apalagi masing-masing kabupaten/kota sudah menandatangani fakta integritas untuk itu," tegas Johan.

Khusus untuk qori dan qoriah dari kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini, sebagaimana pernah ditegaskan Bupati Bengkalis Amril Mukminin, sebelumnya, Johan kembali menegaskan, bukan hanya 100 persen, tapi 1000 persen produk lokal. Tak ada yang 'diimpor', tak ada yang "kw". Semua orisinil, anak watan dari 8 kecamatan di daerah ini.

"Kabupaten Bengkalis juga ingin menjadi yang terbaik. Namun tentu hal itu tetap dilakukan dengan cara-cara yang bermarwah. Cara yang terhormat. Karena itu Kabupaten Bengkalis komit hanya menggunakan qori dan qoriah hasil pembinaan sendiri. Tidak melakukan 'pembelian' peserta dari daerah lain. Budaya transaksional itu kami haramkan," tegas Johan. (dr)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index